Jumat, 29 Maret 2024

Kurang Sekaya Apalagi Kabupaten Pati Itu?

Ali Muntoha
Selasa, 1 November 2016 10:00:56
Ali Muntoha [email protected]
[caption id="attachment_99452" align="alignleft" width="150"]Ali Muntoha muntohafadhil@gmail.com Ali Muntoha
[email protected][/caption] GUNUNG punya, laut dan pantai membentang, areal pertanian begitu luasnya. Lalu kurang sekaya apalagi Bumi Mina Tani itu? Sumber daya manusia tak usah diragukan, Pati punya ribuan intelektual, cendekiawan, dan budayawan maupun tenaga-tenaga ahli yang sangat mumpuni di bidangnya masing-masing. Lalu kurang apa lagi coba? Pati ini kalau diibaratkan sebuah makanan cepat saji, merupakan paket komplit, semuanya ada, semuanya dimiliki. Kekayaan alam luar biasa banyak, potensi wisatanya jangan ditanya, hampir semua wilayah di Pati, punya tempat-tempat wisata yang eksoktik. Namun di sisi inilah yang menurut penulis ada kurangnya. Yang kurang adalah masalah kepedulian. Kepedulian pemerintah, kepedulian sektor pendukung, dan kepedulian warga sekitar. Padahal potensi wisata di Kabupaten Pati itu, jika dikemas dan dikelola dengan baik, maka akan sangat bisa mengalahkan tempat-tempat wisata di sekitarnya. Potensi wisata alam di Kabupaten Pati menyebar, dan semuanya indah. Di kawasan utara yang lagi ngehits ada Pantai Cinta di Dukuhseti plus kawasan tempat pelelangan ikannya. Yang tak jauh dari kota Pati ada pantai mangrove khas Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, Pati. Di Pati bagian selatan di sepanjang kaki Pegunungan Kendeng juga terhampar berbagai macam potensi wisata, mulai dari religi hingga wisata alamnya. Di kawasan ini ada makam Syek Jangkung yang sangat terkenal di wilayah pantura timur, ada juga wisata-wisata gua, mulai dari Gua Pancur di Desa Jimbaran, Kayen, dan Gua Wareh di Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, maupun kawasan pemancingan Talun. Bergeser ke timur terutama di kawasan Juwana yang merupakan pesisir laut, tentu saja banyak sekali potensi wisata di tempat ini. Namun yang sudah lama dikenal di Juwana ini adalah wisata kulinernya, mulai dari kuliner mangut kepala manyung yang sangat terkenal, hingga wisata kampung batik Bakaran. Lalu ke wilayah barat, dan ini menurut penulis paling lengkap. Di sini mulai dari wisata air hingga alam tersedia dan tinggal menikmati. Mulai di Kecamatan Gembong yang mempunyai dua waduk yakni Waduk Seloromo Gembong dan Waduk Gunungrowo. Sedikit naik ke atas ada air terjun yang baru saja mulai terkenal setelah terekspos di media sosial, yakni Air Terjun Tedunan, di Desa Siti Luhur, Kecamatan Gembong. Ada juga kawasan perkebunan Jollong yang menawarkan berbagai macam keindahan alam, hamparan kebun kopi. Air terjun juga ada di kawasan ini namanya Air Terjun Grenjengan. Lokasi ini sudah tertata apik dan rapi. Ada juga agrowisata kebun buah naga di Jollong, di mana pengunjung bisa menikmati keindahan Waduk Gunung Rowo dan Waduk Seloromo Gembong dari atas, sembari memetik buah naga. Semua kekayaan alam Pati ini tidak dimiliki di daerah lain. Namun sayangnya pengelolaanya yang kurang maksimal. Berbagai macam potensi wisata itu seakan berjalan sendiri-sendiri, sehingga ada yang terurus dan ada sama sekali yang tidak terurus. Banyak wisatawan dari luar Pati yang terkejut saat mendatangi tempat wisata Pati. Tak hanya terkejut karena keindahannya, tapi juga terkejut dengan medan untuk mengaksesnya yang sangat-sangat buruk. Hingga banyak yang menyebut “piknik rekasa”. Contohnya saja, setiap akhir pekan ribuan orang mendatangi Air Terjun Tedunan di Dukuhseti. Mereka terpikat lantaran massifnya orang yang meng-aploud keindahan air terjun ini ke media sosial. Memang air terjun ini benar-benar berbeda, bahkan belum ada yang menyamai di sekitar pantura timur ini. Namun karena akses masuknya yang sulit, membuat orang harus berpeluh keringat jika ingin menikmati keindahan air terjun ini. Jalan masuk menuju lokasi sangat sempit, sehingga mobil sangat susah untuk masuk. Jarak tempat parkir dari lokasi harus ditempuh dengan jalan kaki sekitar 800-an meter. Jarak ini tak cukup jauh jika jalurnya landai, tapi ini sangat terjal, dengan jalan setapak. Terlihat para wisatawan bercucuran keringat untuk menuju lokasi, dan yang lebih parah lagi jika meninggalkan lokasi, karena jalurnya jadi sangat terjal menanjak. Sehingga banyak yang sempoyongan. Sarana yang ada memang masih sangat minim, meskipun sudah cukup rapi. Ada fasilitas toilet sederhana, dan sepanjang jalan juga terdapat tong-tong sampah, sehingga lokasinya bersih dari sampah. Tak hanya di lokasi ini, di kawasan agrowisata Jollong juga demikian, untuk menikmati wisata di sana juga harus bercucuran keringat. Maka tak salah jika ada yang menyebut piknik di daerah ini adalah piknik yang rekasa. Pemerintah memang terkesan setengah hati menjadikan potensi wisata di Pati sebagai salah satu fokusnya. Padahal jika potensi ini digarap dengan serius maka wisata Pati bisa setara dengan tempat-tempat wisata di luar negeri. Contohnya saja, dua waduk di Kecamatan Gembong itu jika digarap serius dan modern bisa menjadi wahana wisata yang sangat luar biasa. Berbagai macam permainan air bisa diterapkan di waduk ini, mulai dari perahu wisata, banana boat atau yang lebih modern lagi. Namun memang tak mudah, karena biaya yang dikeluarkan pun tak sedikit. Tapi ini menjadi tantangan pemerintah, untuk membuat program-program wisata unggulan di Pati, tak hanya sekadar city tour yang entah bagaimana nasibnya saat ini. Jika potensi-potensi wisata ini digarap dengan apik dan serius, orang pun akan bangga mengkampanyekan “Visit Pati”. (*)

Baca Juga

Komentar