Jumat, 29 Maret 2024

Program Dokter Layanan Primer, IDI Kudus : Jadi Pemicu Konflik dengan Dokter Spesialis

Faisol Hadi
Senin, 24 Oktober 2016 19:00:17
Perwakilan IDI Kudus menyampaikan penolakannya soal program Dokter Layanan Primer (DLP), Senin. (MuriaNewsCom/Faisol Hadi)
Murianews, Kudus - Rencana program Dokter Layanan Primer (DLP) yang ditolak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kudus, memicu adanya masalah antara dokter umum dengan dokter spesialis. Hal itu disebabkan fungsi DLP, nantinya sama dengan dokter spesialis. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua IDI Kudus Dokter Hikari. Menurutnya, kabar yang beredar adalah dengan adanya status setelah lulus, seorang dokter DLP akan sama dengan spesialis. "Ini kan jelas berbeda. Dokter spesialis membutuhkan waktu hingga empat tahun untuk menambah ilmunya, sementara DLP Hanya dua tahun saja," katanya kepada MuriaNewsCom. Menurutnya, meski itu bar dugaan, namun segala sesuatu harus diantisipasi. Selain itu, semuanya ada tingkatan mulai dokter umum hingga dokter spesialis. "Kalau sakit jangan langsung ke dokter spesialis sebab banyak penyakit yang bisa diselesaikan di dokter umum. Selain itu, Pasti lebih mahal karena obatnya berbeda," jelasnya Dia mengatakan akan lebih pas kalau sistem yang dibenahi. Sehingga lulusan dokter langsung siap pakai ketika sudah lulus menempuh pendidikan dokternya. Selain itu, fasilitas kesehatan juga dibenahi. "Impor alat kesehatan pajaknya besar, padahal itu untuk kesehatan. Hal itu berdampak pada biaya kesehatan yang besar pula. Ini butuh sikap pemerintah," ujarnya. Sebelumnya diberitakan, dokter di Kudus yang tergabung IDI menolak program studi DLP. Hal itu mereka suarakan di kantor IDI Kudus, Senin (24/10/2016). DLP merupakan lanjutan dari program profesi dokter yang setara dengan jenjang spesialis. Pendidikan minimal dua tahun itu disebut sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kompetensi dokter. Para dokter menilai, DLP bukanlah solusi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar