Kamis, 28 Maret 2024

Produksi Kopi Tempur Jepara Turun

Murianews
Senin, 5 September 2016 15:30:59
Tenaga pemilah kopi sedang menyelesaikan pekerjaannya di Desa Tempur, Kecamatan Kedung, Jepara, Senin. (MuriaNewsCom/Wahyu KZ)
Murianews, Jepara – Produksi kopi Tempur yang berada di kawasan pegunungan Muria, turut Desa Tempur, Kecamatan Kedung Jepara, menurun hingga 50 persen atau sekitar 250 ton dibanding tahun 2015 lalu. Penurunan jumlah produksi kopi khas Jepara tersebutt akibat musim  kemarau. Hal itu seperti yang disampaikan Ketua Kelompok Tani Sudi Makmur 7 Desa Tempur, Anwar. Menurutnya, hasil kopi jenis robusta tahun ini menurun drastis. Hal itu dikarenakan kurangnya pasokan air untuk mengairi tanaman kopi yang memiliki kualitas terbaik di kawasan Muria tersebut. “Ada penurunan jumlah produksi, sekitar 50 persen dibanding tahun lalu. Kendalanya memang air, kurang pengairan,” ujar Anwar kepada MuriaNewsCom. Menurutnya, meskipun saat ini banyak yang menilai sebagai musim kemarau basah, nyatanya di wilayah perkebunan di pegunungan Muria jarang atau hampir tidak pernah turun hujan. Selain itu aliran sumber mata air juga semakin surut. Akibat kemarau panjang tersebut, lanjut Anwar, banyak petani kopi yang membiarkan kopinya. Bahkan dari ladang garapannya, separuhnya mengering.  Petani hanya berharap sisanya yang bisa bertahan hidup, bisa dipanen kelak. “Hal ini mengakibatkan penurunan sebanyak 50 persen dari tahun lalu yang bisa memanen sepanjang tahun 2015 sebanyak 500 ton. Sedangkan tahun ini hanya bisa memanen sekitar 250 ton,” terangnya. Lebih lanjut ia mengemukakan, sekitar 400 petani kopi di desa tersebut pasrah dengan kemarau panjang. Padahal geliat kopi Tempur tengah naik daun dan dalam kurun waktu dua tahun terakhir. “Harga kopi kering mencapai Rp 20 ribu perkilogram (kg), yang pada tahun lalu harga di kisaran Rp 15 ribu. Per kg Mengingat cita rasa kopi Tempur sudah terkenal di kawasan pantura timur, maka harganya cukup baik pada 2016 ini. Namun, karena kemarau panjang banyak petani yang tergabung dalam 10 kelompok tani hanya bisa pasrah,” ungkapnya. Sementara itu, salah satu tenaga pemilah kopi, Sumirah, mengaku tahun ini penghasilannya turun akibat turunnya jumlah panen. Ia berharap kemarau segera berakhir sehingga kopi yang akan panen bulan mendatang, buahnya bisa melimpah. “Kami berharap kondisi ini cepat selesai agar kembali normal. Soalnya kami cuma menggantungkan pekerjaan ini,” katanya. Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar