Jumat, 29 Maret 2024

Gara-Gara Angkot dan Beras, Kudus Alami Deflasi

Faisol Hadi
Sabtu, 3 September 2016 08:16:03
Sejumlah angkot menunggu penumpang di salah satu sudut di Kabupaten Kudus, beberapa waktu lalu. (MuriaNewsCom/Faisol Hadi)
Murianews, Kudus - Dari sekian banyak komoditas yang menjadi penyumbang inflasi. Bahan komoditas seperti beras dan angkutan antar kota menduduki peringkat pertama penyumbang inflasi "Banyak yang memberikan sumbangan deflasi, seperti wortel, jeruk, minyak goreng, pisang, dan lainnya. Namun yang paling banyak adalah angkutan antar kota dan beras," kata Kasi Statistik dan Distribusi pada BPS Kudus Wiwik Jumiyati. Namun secara kelompok, kata dia, kelompok bahan makanan turun hingga 2,48 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,89 persen. Selain penyumbang deflasi, beberapa komponen juga menyumbang inflasi. Seperti tarif sekolah dasar, batubata, cabai rawit, sabun mandi serta listrik. Untuk kelompoknya, makanan, minuman dan rokok serta tembakau naik 0,08 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,42 persen. Selain itu, kelompok sandang juga naik 0,11 persen, kelompok kesehatan 0,18 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,83  persen. "Kalau bulan Juli inflasi semua. Bulan Agustus deflasi. Sedangkan bulan September belum diketahui,” pungkasnya.   Pada Agustus 2016, Kudus mengalami deflasi sebesar 0,48 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 129,65. Deflasi Kudus ternyata sangat tinggi. Bahkan jika dibandingkan dengan Jateng dan nasional, Kudus jauh lebih tinggi. Hal itu terlihat dari data yang dipaparkan BPS Kudus. Kota Kretek mengalami deflasi sebesr 0,48 persen pada Agustus 2016, sedangkan Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,27 Persen. Deflasi nasional hanya 0,02 persen.  Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

TAG

Komentar