Kamis, 28 Maret 2024

Ternyata Rembang pada Zaman Dahulu adalah Penghasil Tebu

Edy Sutriyono
Kamis, 4 Agustus 2016 11:53:04
Edi Winarno, Ketua Masyarakt Sejarawan Indonesia Cabang Rembang (MuriaNewsCom/Edy Sutriyono)
Murianews, Rembang – Kabupaten Rembang, saat ini memang lebih dikenal dengan penghasil kekayaan lautnya. Hal ini, tak lepas dari letak geografis yang berada di pesisir. Namun, tahukan Anda, dulunya Rembang ternyata merupakan wilayah sebagai penghasil tebu.

Hal itu terlihat dari perjalanan sejarah yang menyebutkan, jika sekitar tahun Saka 1336 ada orang Campa Banjarmlati berjumlah delapan keluarga yang pandai membuat gula tebu ketika ada di negaranya. Yang kemudian, orang-orang tadi pindah untuk membuat gula merah yang tidak dapat di patahkan itu.Hal ini seperti yang disebutkan dalam sebuah manuskrip oleh Mbah Guru.

Selanjutnya, mereka berangkat melalui lautan menuju arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir dan kanan kirinya tumbuh tak teratur pohon bakau. Kepindahannya itu dipimpin kakek Pow Ie Din. Setelah mendarat, kemudian mengadakan doa dan semedi, yang selanjutnya melakukan penebangan pohon bakau tadi dan kemudian diteruskan yang lainnya.

Tanah lapang itu kemudian dibuat tegalan dan pekarangan serta perumahan yang selanjutnya menjadi perkampungan itu dinamakan kampung Kabongan, yang mengambil kata dari sebutan pohon bakau, menjadi ka-bonga-an.

Kemudian, pada suatu hari saat fajar menyingsing di bulan Waisaka, orang-orang mulai ngrembang (mbabat) tebu. Sebelum dimulai mbabat terlebih dahulu diadakan upacara suci sembahyang dan semedi di tempat tebu serumpun yang akan dipangkas dua pohon, untuk tebu “penganten”.Upacara pemangkasan itu dinamakan “Ngrembang”.

Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Rembang Edi Winarno mengatakan, dari sejarah Ngrembang Tebu Sakawit (mengkikat atau merangkai tebu sepasang) untuk dilarung ke laut itulah, Kabupaten ini sekarang dijuluki dengan sebutan Rembang."Selain itu, masyarakat Campa tersebut bermukim di wilayah Kabongan Rembang," katanya.

Namun demikian, katanya, setelah dilakukan panen tebu, kemudian orang-orang Campa tersebut tidak lagi menanam tebu, karena menyadari jika wilayah yang ditempati tersebut berada di bibir pantai, dan tak kuat menahan abrasi jika ditanami tebu. Kemudian, mereka kembali menanam mangrove, yang bertujuan agar pantai aman dari abrasi.

Editor : Kholistiono

Baca Juga

Komentar