Selasa, 19 Maret 2024

Ratusan Warga Banjarejo Grobogan Gelar Tradisi Perang Dawet

Dani Agus
Jumat, 14 Desember 2018 16:58:29
Ratusan warga Dusun Medang, Desa Banjarejo Grobogan melangsungkan Tradisi perang dawet, Jumat (14/12/2018). (MuriaNewsCom/Dani Agus)
Murianews, Grobogan - Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Grobogan ternyata tidak hanya punya kekayaan benda purbakala dan cagar budaya saja. Di desa yang berbatasan dengan wilayah Blora ini ternyata juga punya sebuah tradisi unik. Namanya, perang dawet. Tradisi warga di Dusun Medang ini tidak digelar dalam waktu rutin yang terjadwal. Perang dawet dilangsungkan hanya dalam kondisi tertentu. Tepatnya, ketika hujan tidak kunjung turun di wilayah dusun tersebut. “Hari ini, ratusan masyarakat Dusun Medang melangsungkan perang dawet. Ini merupakan tradisi untuk meminta hujan,” kata Busroni, tokoh masyarakat Dusun Medang, Jumat (14/12/2018). Perang dawet dilangsungkan di komplek pasujudan atau petilasan Aji Saka di Dusun Medang, selepas Jumatan. Ratusan warga, mulai anak-anak hingga orang tua berkumpul di lokasi tersebut sambil membawa dawet. Selain dibungkus plastik, dawet yang dibawa warga juga ditempatkan dalam panci kecil, dan rantang. Tradisi diawali dengan sambutan kepala dusun dan dilanjutkan dengan doa bersama. Setelah doa selesai, suasana langsung berubah menjadi gegap gempita. Ratusan warga saling lempar dawet pada orang yang ada didekatnya. Sepintas, suasana perang dawet ini mirip kejadian tawuran. “Sudah cukup lama, warga Dusun Medang tidak melakukan tradisi perang dawet. Oleh sebab itu, perang dawet kali ini terlihat sangat meriah karena masyarakat sangat antusias,” ungkap Kades Banjarejo Ahmad Taufik. Menurutnya, sekitar dua bulan terakhir, hujan baru beberapa kali menjangkau wilayah Dusun Medang. Padahal, di daerah lainnya, sudah seringkali turun hujan deras. Kondisi ini menyebabkan masyarakat Medang yang sebagian besar adalah petani tidak bisa bercocok tanam padi karena tanah sawah belum bisa diolah. Padahal, sebagian besar petani sudah menyemai benih yang saat ini sudah berumur hampir dua bulan. Lantaran tidak ada hujan, benih padi belum bisa dipindah tanam ke lahan sawah. “Areal pertanian di Banjarejo ini merupakan sawah tadah hujan. Jadi, untuk bisa bercocok tanam sangat mengandalkan turunnya hujan. Kondisi inilah yang membuat warga menggelar tradisi perang dawet yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Alhamdulillah, sore ini hujan deras mengguyur wilayah Dusun Medang,” katanya. Editor : Supriyadi

Baca Juga

Komentar