Jumat, 29 Maret 2024

Film Garapan Siswa SMP di Kudus Ini Bikin Juri GKFP Terpana

Murianews
Selasa, 27 November 2018 11:31:26
Patrick Tjang dan Michael Vincentzo saat menghadiri malam anugerah GKFP 2018 di Jakarta. (istimewa)
Murianews, Kudus – Film pendek karya siswa SMP Keluarga Kudus mampu mencuri perhatian para juri Gelar Karya Film Pelajar (GKFP) 2018 yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan film ini menjadi satu-satunya karya pelajar SMP yang masuk 12 besar kategori dokumenter. Film pendek yang digarap 10 siswa SMP Keluarga Kudus ini berjudul ‘Dragon Dance’. Sebuah film dokumenter berdurasi 10 menit yang mengangkat tentang cerita tentang barongsai, kesenian yang dibawakan secara beregu dengan memainkan 10 tongkat pada badan naga. Film yang disutradari Patrick Tjang, siswa kelas 3 SMP Keluarga Kudus ini membuat para juri terpukau, bukan hanya karena sinematografinya yang bagus. Melainkan, konsep dan pesan tentang toleransi beragama dan kearifan lokal yang dikemas dengan apik dalam film tersebut. Nilai-nilai positif yang tertuang di film tersebut membuat jajaran juri GKFP 2018 memasukkan Dragon Dance ke dalam 12 besar film kategori dokumenter dari 314 film pendek yang terdaftar di lomba ini. Dragon Dance menjadi satu-satunya nominee yang berasal dari pelajar SMP. Sementara nominasi lainnya merupakan karya dari pelajar sekolah tingkat atas. Dragon Dance bersaing dengan 23 karya pelajar SMA dari berbagai daerah di Indonesia. Anggi Frisca, sinematografer yang terlibat dalam film “Tanah Surga…Katanya” dan “Night Bus’ yang menjadi juri GKFP 2018 menyebut, film karya siswa SMP ini mampu bersaing dengan karya–karya para pelajar yang notabene berada satu level di atas mereka. Hal ini menurut dia, menunjukkan bahwa bakat–bakat menjadi movie maker tidak hanya terlihat dari pelajar sekolah tingkat atas tapi juga di kalangan siswa SMP. “Dragon Dance berhasil mengemas konten dengan menarik dan menampilkannya dengan cara yang berbeda dibanding karya-karya lainnya di perlombaan ini. Sehingga, dari sekian banyak film, Dragon Dance membuat juri memiliki pilihan yang beragam dari para nominasi,” katanya dalam siaran pers yang diterima MuriaNewsCom, Selasa (27/11/2018). Kesuksesan film ini, membuat Patrick Tjang dan Michael Vincentzo sebagai juru kamera diundang menghadiri workshop dan Malam Anugerah GKFP 2018 di Jakarta pada 22 – 24 November 2018 lalu. Mereka juga mendapat kesempatan menimba ilmu dari sineas-sineas besar Tanah Air, seperti Christine Hakim, Reza Rahadian hingga Ernest Prakasa. Sementara itu, Patrick mengaku mengangkat barongsai dalam film dokumenternya, karena barosai mengandung banyak nilai moral. Seperti persatuan, toleransi hingga rasa saling percaya. Saat ini, barongsai melalui organisasi Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) juga telah diakui sebagai cabang olahraga oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia. “Terlebih lagi, di Kudus banyak teman-teman kami juga terlibat dalam kesenian ini. Awalnya, kami tak mengira bisa masuk nominasi, dan ini membuat saya semakin termotivasi,” ujarnya. Warih Bayu Wicaksana, Guru SMP Keluarga Kudus yang membimbing para siswa dalam pembuatan film Dragon Dance ini mengatakan, lolosnya film tersebut di ajang GKFP 2018 diharapkan bisa memompa motivasi para siswa lainnya untuk menghasilkan karya–karya yang lebih baik lagi. “Kami percaya kreativitas itu bisa muncul di mana saja. Termasuk di Kudus yang bukan merupakan kota besar,” pungkasnya. Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar