Jumat, 29 Maret 2024

Tim BPSMP Sangiran Lakukan Konservasi Temuan Fosil di Museum Lapangan Banjarejo

Dani Agus
Jumat, 23 Maret 2018 21:01:40
Tim BPSMP Sangiran sedang melangsungkan kegiatan konservasi temuan fosil hewan purba di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus Jumat (23/3/2018). (MuriaNewsCom/Dani Agus)
Murianews, Grobogan - Tim ahli dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran kembali melakukan konservasi fosil di museum lapangan di Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Grobogan. Rencananya konservasi akan dilakukan selama 10 hari. ”Saat ini kegiatan konservasi sudah dilakukan sejak lima hari lalu. Targetnya diselesaikan dalam waktu 10 hari atau lima hari lagi,” kata Kades Banjarejo Ahmad Taufik, Jumat (23/3/2018). Fosil yang ditemukan di tengah areal sawah itu berasal dari potongan tubuh beberapa jenis hewan purba. Antara lain, gajah, banteng, dan buaya. Setelah dilakukan pelebaran kotak eskavasi hingga ukuran 10x12 meter, ditemukan lebih banyak fosil hingga jumlahnya lebih dari 100 biji. Baik ukuran kecil, sedang maupun besar. Pada bulan September 2017 lalu, semua fosil dalam kotak eskavasi sudah diangkat dari lokasi. Proses pengangkatan semua fosil butuh waktu hingga delapan hari. Lamanya tenggat waktu pengangkatan itu disebabkan jumlah fosil yang ditemukan cukup banyak. Selain itu, proses pengangkatan juga butuh kehati-hatian dan ketelitian sehingga makan waktu cukup lama. Sebelum diangkat, terlebih dulu dilakukan proses pembersihan sisa sedimen yang masih menempel pada fosil. Setelah dilakukan beberapa perlakuan, fosil kemudian dituangi cairan kimia polyurethane. Penggunaan cairan kimia itu bertujuan untuk meminimalkan risiko kerusakan pada fosil yang akan diangkat dari lokasi penemuan. Seperti, resiko terjatuh atau kena getaran saat dibawa ke tempat penampungan sementara. Fosil yang terbalut busa akan tetap utuh seperti aslinya. Ketua tim konservasi BPSMP Sangiran Yudha Her Prima menyatakan, konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Dalam pengertian yang lain konservasi adalah suatu tindakan pelestarian yang dilakukan dengan cara memelihara, mengawetkan benda cagar budaya dengan teknologi modern sebagai upaya untuk menghambat proses kerusakan dan pelapukan lebih lanjut. ”Pada dasarnya kegiatan konservasi bertujuan untuk menjaga keberadaan dan kualitas cagar budaya agar dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang,” jelasnya. Konservasi di Banjarejo dilakukan dengan melakukan pembukaan lapisan pengaman dan pembersihan fosil. Tahap selanjutnya, melapisi fosil dengan pareloid untuk pengerasan dan pengawetan. Untuk fosil yang kondisinya patah akan dilakukan penyambungan. Setelah itu, semua fosil yang sudah dikonservasi akan dicatat dan dimasukkan dalam data base. ”Jumlah fosil temuan sangat banyak dan sebagian kondisinya patah-patah. Sebenarnya butuh waktu cukup lama untuk melakukan konservasi. Namun, dengan waktu 10 hari kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk merampungkan konservasi,” imbuhnya. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar