Kamis, 28 Maret 2024

Hebat, Mantan Murid Sekolah Pekalongan Ajak 65 Gurunya Piknik ke Luar Negeri, Gratis!

Murianews
Jumat, 29 September 2017 16:45:45
Sejumlah guru yang liburan ke Singapura diberangkatkan murid mereka, Fredy Chandra.(Dok. Kepala SMAN 1 Pekalongan Sulikin)
Murianews, Pekalongan - Ini kisah inspiratif yang jarang terjadi. Kali ini terjadi di Pekalongan. Adalah Fredy Chandra (43) yang memberangkatkan 65 guru dan karyawan semasa dia SD, SMP, dan SMA di Kota Pekalongan, untuk berwisata. Bahkan perjalanan wisatanya ditanggung Fredy. Fredy merupakan alumnus SD Sampangan Pekalongan, SMP Negeri 1 Pekalongan, dan SMA Negeri 1 Pekalongan. Kepala SMAN 1 Pekalongan Sulikin mengatakan, Fredy memang benar alumni sekolahnya. Pada 20 September 2017 lalu, Fredy mengajak wisata gurunya sebanyak 65 orang. Para guru diberangkatkan ke Malaysia dan Singapura. "Pada 20 September 2017, kami bersama dengan 65 guru berangkat ke Kualalumpur Genting Singapura selama lima hari. Semua gratis dengan fasilitas kelas satu," kata Sulikin. Sehari sebelum keberangkatan, guru telah mendapatkan tiket pesawat terbang dan paspor kepada 65 orang gurunya."Ya mungkin 100 tahun yang akan datang, kami tidak menemukan lagi mantan murid gila seperti Fredy. Semoga sukses Fred, doa kami selalu bersamamu," ujar Sulikin Pengalaman itu mulanya berawal pada pertengahan bulan Juli 2017. Fredy mendatangi SMA Negeri 1 Pekalongan. Dirinya mengaku ingin bertemu dengan gurunya yang pernah mengajarnya saat sekolah. Fredy memperkenalkan diri jika dirinya merupakan alumni 1993. Sembari bercerita soal kemajuan sekolah, Fredy menyatakan maksud kedatangannya. "Saat itu, dia (Fredy) ingin mengajak jalan-jalan bapak, ibu guru, karyawan yang dulu mengajarnya. Fredy juga ingin mengajak jalan-jalan ke luar negeri semua guru yang dulu mengajarnya," kata Sulikin. [caption id="attachment_127165" align="alignleft" width="565"] Sejumlah guru yang liburan ke Singapura diberangkatkan murid mereka, Fredy Chandra.(Dok. Kepala SMAN 1 Pekalongan Sulikin)[/caption] Kali pertama mendengar maksud Fredy, Sulikin tak percaya. Ternyata, niat Fredy mengajak berwisata jalan-jalan ke luar negeri itu serius karena ingin mengenang masa lalu saat sekolah dulu. Fredy kemudian menuliskan status di akun media sosialnya. Dia mengaku tak menyangka jika apa yang dikerjakannya akan ramai. "Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah hancur? Jepang saat itu lumpuh total, Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jenderal masih hidup dan menanyakan kepada mereka, 'berapa jumlah guru yang tersisa?'. Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Bapak guru Sulikin M.pd mungkin 'khilaf' dan 'kurang bercermin' ketika menulis bahwa saya 'murid gila'. Jelas-jelas yang gila itu adalah Bapak, Bapak Ibu guru SD Sampangan, SMPN1 dan SMAN1 saya yang secara 'sembrono' mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari muda sampai beberapa sudah pensiun, berusaha membuat saya sebagai salah satu muridnya dan banyak murid yang lain menjadi orang sukses dan berhasil. Yang 'gila' itu adalah Bapak Ibu guru yang mengabdi di sekolah-sekolah, madrasah, PAUD, baik di kota, di daerah dan daerah terpencil dengan gaji pas-pasan dan herannya masih mau ngajar, itu baru gila!!! 'Kegilaan' para guru itulah yang membuat saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada guru saya dengan mengajak berwisata bersama, melalui tulisan Bapak Sulikin bertajuk "Muridku Gila" yang saya pikir “ah palingan bocor halus” eh malah “mbledos” jadi viral dan ….. malah saya yang dipuji (kalau guru yang memuji saya terima deh), dikasih sanjungan teman-teman dan berbagai pihak '…hebat kamu Fred..', '….salut sama kamu…', '…kamu luar biasa…'. Beberapa hari ini, saya mencoba dengan sekuat tenaga berusaha menerima pujian-pujian itu, ngga tau bagaimana tapi mulai dari rasa segan sampai perasaan malu selalu muncul tiap kali ada pujian disampaikan, tetapi pada akhirnya hati nurani saya tidak bisa menerima sanjungan tersebut. Saya harap saya cukup sebagai inspirasi saja dan tidak lebih, juga kiranya teman-teman di medsos tidak lagi membahas Fredy-nya dan saya ingin mengembalikan pujian teman-teman kepada yang lebih layak menerimanya, yaitu Tuhan dan juga dalam hal ini guru-guru saya. Harusnya “… hebat guru kamu Fred..” , ”…salut sama guru kamu…”, “… guru kamu yang itu top banget ..” Cukup bagi saya menjadi alumni yang bisa bahagia menikmati air mata yang menetes ketika melihat foto-foto dan video gurunya yang tertawa lepas dan bahagia menikmati waktu berwisata bersama-sama yang mungkin jarang didapat selama aktif mengajar, saya bisa menangis terharu, saya bisa memeluk guru saya, ketawa-ketiwi, meminta selfie, memposting foto saya bersama guru, tanpa saya “diganggu” oleh puja-puji yang tidak sepatutnya saya terima. Apalagi secara akademis saya tidak pantas jadi panutan, asal tahu saja jenjang S-1 pun saya tidak lulus, dan akhirnya sekarang saya bekerja jadi seorang Sales Engineer di sebuah perusahaan internet. Saya tidak tahu apakah tulisan saya ini masih direwes, diperhatikan atau tidak, mengingat tulisan di koran online sudah terlanjur tersebar dan viral ke mana-mana, di mana saya yang malah menjadi subyeknya, analoginya ada orang hampir tenggelam ditolong, eh malah yang disanjung bukan penolongnya malah orang yang hampir tenggelam tersebut yang disanjung, kan ngga lucu. Mudah-mudahan melalui postingan ini teman-teman bisa mengurangi pembicaraan mengenai saya, dan berbicara lebih mengenai kenangan atau sesuatu yang berkesan selama diajar oleh para guru, atau komentar saat guru berwisata, intinya subyeknya adalah “THE TEACHERS” dan bukan saya.   Pekalongan 27 Sept 2017" Editor : Akrom Hazami  

Baca Juga

Komentar