Kamis, 28 Maret 2024

Banting Setir dari Sopir Angkot, Kasimin Warga Kapung Grobogan Kini Jadi Juragan Tempe

Dani Agus
Kamis, 14 September 2017 20:37:07
Kasimin juragan tempe asal Desa Kapung, Kecamatan Tanggungharjo, Grobogan. (MuriaNewsCom/Dani Agus)
Murianews, Grobogan - Komoditas tempe selama ini sudah jadi makanan hampir tiap hari bagi Kasimin, warga Desa Kapung, Kecamatan Tanggungharjo. Meski demikian, selama ini tidak pernah terlintas dalam benak pria berusia 50 tahun itu untuk berprofesi jadi pembuat tempe. Seperti yang dijalani saat ini. Selama 10 tahun terakhir, Kasimin sudah punya pekerjaan tetap. Yakni, sebagai sopir angkudes jurusan Tanggungharjo-Gubug. Meski penghasilannya tidak terlalu besar, namun masih bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga dan menyekolahkan ketiga anaknya. Kasimin beralih profesi jadi perajin tempe sekitar sembilan bulan lalu. Tepatnya, tidak lama setelah ia dapat carteran rombongan kelompok tani di desanya yang akan mengikuti pelatihan pembuatan tempe. Pelatihan dilangsungkan di Rumah Kedelai Grobogan (RKG) awal Desember 2016. Setelah sampai di RKG, Kasimin sebenarnya ingin menunggu di dalam mobil tua miliknya yang biasa dipakai jadi angkudes, hingga pelatihan usai. Namun, mendadak timbul keinginan untuk ikut bergabung mengikuti pelatihan. ”Daripada menunggu lama di luar, saya kemudian minta izin pada pimpinan rombongan untuk mengikuti pelatihan. Ternyata saya diizinkan ikut,” kata mantan ketua RT 01, RW 01 di kampungnya itu. Menurut Kasimin, selama pelatihan, ia menyimak dengan serius materi yang disampaikan. Termasuk materi pelatihan proses pembuatan tempe dari awal sampai akhir diperhatikan dengan cermat. Setelah pelatihan berakhir, semua peserta termasuk Kasimin dapat oleh-oleh berupa tempe yang sudah jadi. Selain itu, ada oleh-oleh lagi berupa beberapa kilogram kedelai lokal varietas Grobogan untuk bahan praktek pembuatan tempe di rumah bagi peserta pelatihan. Keesokan harinya setelah ikut pelatihan di RKG, Kasimin mencoba membuat tempe dari kedelai lokal tersebut. Hasil uji coba perdana itu akhirnya berhasil. Meski begitu, Kasimin belum merasa puas dan melakukan percobaan lagi sampai beberapa kali. Setelah produk yang dihasilkan dirasa sudah sesuai standar, Kasimin mulai memasarkan tempe bikinannya pada tetangga sekitar. Pemasaran tempe produksi Kasimin ternyata mendapat respon positif karena selalu habis dibeli orang. Melihat peluang usaha yang menjanjikan ini, Kasimin akhirnya nekat memutuskan untuk pensiun jadi sopir angkudes dan beralih profesi jadi perajin tempe. Seiring perjalanan waktu, produksi yang dihasilkan terus meningkat. Saat ini, Kasimin sudah bisa menghabiskan kedelai sekitar 50 kg per hari untuk membikin tempe. Selain dipasarkan pada tetangga, tempe itu juga diedarkan pada masyarakat desa di sekitar tempat tinggalnya. ”Setelah nekat ganti profesi, nama saya sekarang juga ikut berubah. Kalau dulu orang panggil saya Pak Min Sopir, sekarang ganti manggilnya Pak Min Tempe,” katanya sembari tertawa. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto menyatakan, RKG itu bukan sekedar tempat yang dipakai untuk menampung hasil panen kedelai saja. Tetapi, menjadi tempat yang lengkap untuk sarana belajar mulai hilir hingga hulu dari sektor pertanian kedelai. Selain ada produksi tempe dan tahu higienis, juga tersedia benih kedelai berkualitas. Kemudian, ada pula sarana pembelajaran bagi petani dan UKM. Soalnya, ada lokasi tanam kedelai, penjemuran, hingga pengolahan beragam aneka bahan pangan dari bahan kedelai. ”Selama ini, kami sudah sering menggelar serangkaian pelatihan pada berbagai pihak. Terutama, bagi kelompok tani. Setelah mengikuti pelatihan memang ada sebagian yang mencoba menekuni profesi baru dari ilmu yang didapatkan. Salah satunya adalah Pak Kasimin ini,” jelasnya. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar