Kamis, 28 Maret 2024

Pelaku IKM di Pati Sebut Impor Tapioka Tidak Rasional

Lismanto
Kamis, 20 Juli 2017 13:03:56
Mashuri Cahyadi (merah) saat mengadukan persoalan tepung tapioka kepada Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo di Ngemplak, Margoyoso. (MuriaNewsCom/Lismanto)
Murianews, Pati - Petani singkong di Pati mengalami sebuah bencana besar dengan apa yang disebut impor. Sebagian dari mereka rela untuk tidak panen, ketimbang harus dihargai dengan sangat murah dan tidak layak. Mashuri Cahyadi, salah seorang pelaku industri kecil menengah (IKM) di Pati menjelaskan, harga singkong yang anjlok disebabkan adanya impor dari perusahaan-perusahaan besar. Sebagian impor tepung tapioka, beberapa impor singkong. "Kami sempat mendapat pertanyaan dari petani, kenapa pelaku IKM membeli singkong dengan murah. Kami jawab, kalau kami beli dan produksi, kami jual ke mana? Tidak ada yang beli. Permintaan tapioka berkurang karena dihantam impor," kata Mashuri, Rabu (19/7/2017). Dia menyebut, perusahaan besar yang mengimpor tapioka tidak rasional. Pasalnya, ketersediaan singkong di Pati mengalami surplus. Selain itu, kualitas tapioka di Pati dikatakan sudah berstandar internasional ISO. Buktinya, lanjut Mashuri, sebagian perusahaan besar dan menengah ada yang masih menggunakan tepung tapioka dari Pati. Misalnya, PT Moundrem Karton dan PT Mekabox Karton di Jawa Timur, PT Cipta Paperia di Banten, hingga perusahaan bumbu PT Ajinomoto. "Kalau alasannya tapioka lokal tidak memenuhi spesifikasi, buktinya sebagian perusahaan besar yang menerapkan standar ISO masih pakai tepung lokal meski kapasitasnya tidak besar. Maka, impor tapioka atau singkong itu langkah yang tidak masuk akal, irasional," tegasnya. Sementara perusahaan yang enggan memakai tepung lokal, Mashuri menyebutkan ada beberapa, seperti PT Sinar Mas, PT Fajar Surya Wisesa, PT Cheil, PT Japfa, dan masih banyak lainnya. Mereka semestinya memberikan kuota untuk pemakaian tepung lokal. Editor : Kholistiono

Baca Juga

Komentar