Jumat, 29 Maret 2024

Di Usia Renta, Mbah Mastofah Tetap Semangat Tekuni Bisnis Kerajinan Impes

Padhang Pranoto
Sabtu, 6 Mei 2017 14:30:01
Mastofah (70) sedang merangkai impes di rumahnya, di Desa Purwogondo, Sabtu (6/5/2017). (MuriaNewsCom/Padhang Pranoto)
Murianews, Jepara - Mastofah (70) masih menekuni profesi sebagai perajin impes atau lampion. Pekerjaan itu sudah ia lakoni berpuluh-puluh tahun, terutama menjelang perayaan  "baratan" di bulan Ruwah (penanggalan Jawa). Ditemui di rumahnya Dukuh Nganjun, Desa Purwogondo, Kalinyamatan ia tengah menyelesaikan ribuan pesanan impes, Sabtu (6/5/2017). Dengan hati-hati sekali, ia menyatukan bagian-bagian impes menggunakan lem.  Kepada MuriaNewsCom, ia bercerita tentang pekerjaannya itu. "Iki penggehanku kawit enom kae, kawit bojoku isih urip. De'e gawe aku melu gawe kanggo nyetori bakul (Ini pekerjaan saya sedari muda, ketika suami masih hidup. Dia membuat aku ikut membantu untuk menyuplai para pedagang)," ucapnya.  Dirinya menuturkan, pembuatan impes memang sulit, pada mulanya. Hal itu terkait pembentukan kertas dan penyambungannya yang masih sangat manual. Di samping itu, membutuhkan kesabaran yang ekstra.  Kini dengan usianya yang renta, ia tak sanggup lagi membeli bahan baku pembuatan impes seorang diri. Beruntung, cucunya mau membantunya untuk membeli kertas di Kudus.  Dirinya menambahkan, pembuatan impes memang musiman. Selain bulan ruwah, kerajinannya itu juga banyak di pesan dari Demak, Kudus dan Semarang.  "Iki lagi nggawe pesenane wong Semarang kanggo badha. Nek kanggo Ruwah wis digawe. (Saat ini sedang membuat pesenan dari orang Semarang untuk Lebaran. Kalau untuk acara Ruwahan sudah dibuat)," imbuhnya.  Untuk sebuah impes ukuran sedang dihargai Rp 1.000. Sedangkan ukuran kecil berharga Rp 700.  Kini diusia senjanya, Mastofah kadangkala dibantu oleh anaknya Idanah (47). Sementara di Desa Purwogondo tercatat ada empat perajin impes lain yang masih aktif.  Editor : Kholistiono

Baca Juga

Komentar