Jumat, 29 Maret 2024

Melihat Keajaiban Alam Grobogan yang Ada di Desa Jono

Dani Agus
Senin, 21 November 2016 09:13:17
Beberapa warga di Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo, terlihat melakukan proses pembuatan garam. (MuriaNewsCom/Dani Agus)
Murianews,Grobogan-Selain punya potensi wisata yang memadai, di Kabupaten Grobogan juga terdapat satu keajaiban alam. Yakni, di Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo. Keajaiban ini bukan berupa berdirinya sebuah bangunan kuno tetapi adanya sebuah sentra produksi garam yang ada di situ.Keberadaan sentra garam ini bisa dikatakan sebuah keajaiban karena tidak banyak dimiliki daerah lain. Lazimnya, produksi garam dilakukan di pinggiran laut atau pesisir. Tetapi, wilayah Grobogan termasuk Desa Jono jaraknya puluhan kilometer dari Laut Utara. Kemudian, dari Laut Pantai Selatan jaraknya malah mencapai ratusan kilometer. Desa Jono sendiri letaknya sekitar 15 km di sebelah timur Kota Purwodadi. Dari jalan raya Purwodadi-Blora, lokasi Desa Jono ini bisa terlihat jelas. Sebab, gapura masuk desa berada di sebelah selatan jalan raya. Pada gapura tersebut terlihat jelas identitas Desa Jono sebagai penghasil garam. Sebab, di bagian atasnya ada tulisan yang berbunyi ‘Desa Jono (Kota) Garam’. “Produksi garam selama ini sudah jadi ikon Desa Jono. Makanya, identitas ini kami pasang pada gapura masuk desa biar diketahui banyak orang,” kata Kepala Desa Jono Eka Winarna. Lokasi pembuatan garam ini tidak terlalu jauh dari jalan raya Purwodadi-Blora. Dari gapura, masuk ke selatan sekitar 1 km saja, di sebelah timur jalan desa. Tempat pembuatan garam berada di areal terbuka dan bisa dilihat dari pinggir jalan. Di situ terdapat banyak gubug dan areal penjemuran garam yang ditempatkan pada belahan bambu. Jika ingin melihat lebih jelas bisa masuk ke sentra garam tersebut. Setiap hari, dari pagi hingga sore, bisa disaksikan kesibukan para petani garam melakukan aktivitas rutinnya. Aktivitas di situ paling ramai jika cuaca cerah dan matahari bersinar terik. Hal ini terjadi lantaran proses pembuatan garam itu dilakukan secara alami dengan mengandalkan bantuan sinar matahari.“Kalau cuaca hujan, suasana disentra garam relatif sepi. Soalnya, tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan para petani garam,” imbuh Eka. Menurut Eka, pembuatan garam di Desa Jono itu tidak diketahui pasti kapan dimulai. Dari cerita orang tua, proses pembuatan garam sudah berlangsung ratusan tahun. Di perkirakan, sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Editor : Kholistiono

Baca Juga

Komentar