Jumat, 29 Maret 2024

Sastrawan Luncurkan Buku Puisi “Membaca Jepara”

Akrom Hazami
Rabu, 2 November 2016 13:43:30
Salah seorang sastrawan Jepara sekaligus salah satu peserta PPN XI Didid Endro S, saat membacakan karya puisinya di Sanggar Seni Gaperto, Mlonggo.( Istimewa)
Murianews, Jepara – Sekitar 29 sastrawan meluncurkan buku puisi berjudul “Membaca Jepara “ jilid 2 di di halaman sanggar Gaperto Art Community (GAC), Mlonggo, Kabupaten Jepara, beberapa waktu lalu. Di buku tersebut, terdapat 152 karya sastra puisi. Salah seorang sastrawan Jepara, Didid Endro S, mengatakan, buku “Membaca Jepara” jilid-2 merupakan perwujudan dari cita-citanya sebagai aktifis kesenian. “Saya juga berkeinginan bisa menerbitkan satu buku setiap tahun untuk Jepara,” kata Didid di rilis persnya. Dia mencontohkan, salah satu puisi di buku tersebut berjudul “Adipura dan Tiga Putri” karyanya, adalah bentuk kegelisahan Didid. Puisi tersebut mengungkapkan kegelisahannya terhadap pembuatan patung tiga putri di Bundaran Ngabul. Selain menumbangkan Tugu Adipura sebagai bukti perjuangan seluruh masyarakat Jepara, kata dia, pembuatan patung wajah Ratu Shima diambil dari hasil meditasi tokoh spiritual. Puisi itu dibacakan ketika ia membuka acara malam Penganugerahan Pemenang Lomba Baca Puisi Kreatif ke-5 dan Peluncuran buku puisi “Membaca Jepara” jilid-2 di halaman sanggar Gaperto Art Community (GAC) Mlonggo. Dalam pengantarnya, Didid menyampaikan puisi adalah salah satu karya kesusasteraan. Menurutnya, sastra merupakan anak kandung dari kebudayaan. Dengan demikian, karya puisi tentu tidak bisa terlepas dari latar belakang kebudayaan masing-masing penulisnya. Meskipun berada dalam satu wilayah geografis yang sama, akan tetapi masing-masing individu memiliki pengalaman spiritual yang berbeda. Keanekaragaman pengalaman spiritual tersebut, lanjutnya,  memerlukan wadah penuangan agar kesaksian tidak terbuang sia-sia bahkan kehilangan makna. “Kita ini kan dipaksa masuk dalam ruang ambiguitas (ketidaktentuan) yang berdampak pada kecenderungan untuk bersikap apatis terhadap persoalan di sekitar, dan plin-plan. Dampaknya tidak sekadar menyodorkan masa depan yang buruk, tetapi meninggalkan jejak frustasi atas perusakan dan pemberangusan martabat kemanusiaan,” ujarnya. Melalui karya puisi yang terangkum, diharapkan dapat dilihat, bahwa Jepara masih banyak menyimpan potensi yang dapat digali dan dikaji. Bahkan sebagai bentuk pelurusan tentang kebenaran sejarah atas pemberangusan martabat kemanusiaan. “Inilah salah satu cara mencegah kealpaan sejarah, membutakan mata serta membebaskan diri dari kedangkalan pikir yang sulit disuarakan. Apalagi, mengungkap kebenaran bukanlah dendam. Mengungkap kebenaran juga bukan sebuah kejahatan. Melainkan sebuah sikap tidak ingin remuk berkepanjangan. Saatnya bangkit bersama dengan mengingat segala peristiwa, karena mengingat merupakan jalan menuju kehidupan yang lebih baik”, tandasnya. Sebelumnya digelar Lomba Baca Puisi Kreatif (LBPK). LBPK ini merupakan salah satu agenda rutin setiap tahun yang digelar di Sanggar Seni Gaperto. LBPK ke-5 ini tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya, yakni tetap pada kategori Pelajar (SMA/SMK/MA sederajat) se-Karesidenan Pati, dan kategori Umum se Provinsi Jawa Tengah. Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar