Jumat, 29 Maret 2024

Jadi Simbol Perlawanan, Seniman Jepara Ingin Benda Sejarah Kartini Tetap Lestari

Murianews
Senin, 31 Oktober 2016 08:15:39
Murianews, Jepara – Banyaknya benda-benda yang terkait dengan sejarah Raden Ajeng (RA) Kartini dan belum dieksplorasi, memang membutuhkan tempat khusus agar bisa terus lestari. Inilah yang diinginkan para seniman dan budayawan yang tergabung dalam Sanggar Barokahe Tiyang Sepuh (BTS), yang menggelar kegiatan ”Negeri yang Terlahir Kembali”, sebagai bentuk peringatan Hari Sumpah Pemuda, pada Jumat (28/10/2016) kemarin. Koordinator sekali pemrakarsa kegiatan, Kang Munif mengatakan, pihaknya memang sengaja mengadakan kegiatan yang diselenggarakan komunitas ”Njagong Kabudayaan”, yang dilaksanakan di kompleks museum ari-ari Kartini, di sebelah pendapa Kecamatan Mayong. ”Acara ”Njagong Kabudayan” ini, merupakan ajang silaturahmi antarkomunitas seni dan budaya di wilayah ini. Karena kami ingin melakukan kegiatan peringatan Hari Sumpah Pemuda yang berbeda,” katanya. Sosok RA Kartini adalah sosok yang tepat untuk menggambarkan bagaimana seharusnya pemuda harus bertindak sekarang ini. Sosok seorang perempuan yang dikungkung dan dikekang adat diskriminasi, namun memberontak di kemudian hari. ”Adat diskriminasi itu merupakan simbol penjajahan bagi ibu pertiwi. Nah, Kartini hadir dan memberontak terhadap sistem yang ada, melalui pemikirannya. Dia adalah anak bangsa yang tersadar dari penjajahan tersebut,” tegasnya. Sumpah Pemuda, menurut Kang Munif, merupakan mata rantai kesadaran akan gelapnya penjajahan. Melalui sambungan pemikiran inilah, yang kemudian melahirkan gerakan-gerakan nasionalisme berikutnya. ”Dan anak mudalah yang selalu jadi motornya,” katanya. Itu sebabnya, selain pagelaran seni, juga dilakukan kirab yang isinya mengusung benda-benda sejarah yang berhubungan dengan kelahiran RA Kartini. ”Supaya kita ini kembali sadar akan penjajahan baru yang tengah mem-bully bangsa ini. Penjajahan budaya, penjajahan ekonomi, penjajahan idealisme, dan nasionalisme. Sehingga kita bahkan melupakan ari-ari Kartini yang merupakan simbol lahirnya pemikiran akan kebangsaan,” katanya. Dengan kesadaran kembali terhadap nasionalisme, Kang Munif mengatakan, akan membuat kita tidak lagi terkagum-kagum dengan luar negeri, produk luar negeri, budaya luar negeri, sikap dan pemikiran luar negeri, dan melupakan kearifan lokal kita. Karena itu, Kang Munif dan rekan-rekannya yang lain, berharap supaya benda-benda sejarah itu tetap terjaga sampai kapanpun. Pihaknya ingin supaya peninggalan Kartini ini tetap lestari. ”Sebagaimana pemikiran-pemikirannya selama ini, yang memang selalu menerangi,” imbuhnya. Editor: Merie

Baca Juga

Komentar