Jumat, 29 Maret 2024

Tukang Laundry yang Diduga Disetrika, Anggap Majikannya Hanya Khilaf

Murianews
Senin, 10 Oktober 2016 08:25:06
Murianews, Kudus – Entah apa yang dipikirkan Mufiatun, (25), warga Dukuh Nglembur, Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, tukang laundry yang diduga disetrika majikannya. Mufiatun ternyata masih menganggap jika majikannya yang berinisial Ags itu, hanya khilaf, saat menyetrika perutnya, pada Juni 2016 lalu. Meski luka tersebut masih menimbulkan rasa nyeri sampai sekarang, namun hal itu tidak begitu dianggapnya. ”Majikan saya itu mungkin khilaf. Dia tidak sengaja melakukannya. Saya yakin itu. Mungkin dia emosi karena saya juga salah. Bekerjanya tidak benar. Makanya dia muntap (emosi, red),” katanya. Sebagaimana diketahui, Mufiatun yang sudah tiga tahun bekerja sebagai tukang setrika laundry di tempat majikannya yang berinisial Ags dan Agn tersebut, satu hari merasa sudah kecapekan. Dia mendadak mengantuk dan tertidur, sehingga meninggalkan pekerjaan yang membuat salah satu baju pelanggan terbakar. Di sanalah, Mufiatun mengaku, majikan laki-lakinya, Ags, menyetrika perutnya. Kejadian itu, berlangsung beberapa hari sebelum puasa. Akibatnya bukan saja perutnya menderita luka, tetapi dia juga tidak bisa pulang saat Lebaran lalu. ”Iya, tidak pulang. Soalnya kan, sedang sakit,” jelasnya. Selama tiga tahun bekerja di rumah kontrakan majikannya di Desa Jepang Pakis, Kecamatan Mejobo, itu, Mufiatun mengaku hanya pulang setahun sekali ke rumahnya di Prawoto, saat Lebaran tiba. Padahal, jarak Kudus dan Prawoto juga tidak terlalu jauh. Ditanya apakah dirinya menghubungi keluarga untuk mengabarkan kondisinya tersebut, Mufiatun mengaku tidak bisa melakukannya. Alasannya, dia tidak punya telepon genggam. ”Bagaimana saya menghubungi keluarga saya. Wong, saya tidak punya hape. Jadinya benar-benar tidak ada yang tahu saya bagaimana selama ini,” ujarnya. Gaji yang diterima Mufiatun setiap bulannya adalah Rp 1 juta. Hanya saja, sejak kejadian disetrika itu, dia tidak lagi mendapatkan gaji. Alasan majikannya adalah uang gajinya sudah habis untuk biaya mengobati lukanya tersebut. ”Ya, saya pasrah saja,” katanya. Tidak pernah pulang kampung, juga dialami pekerja lainnya, bernama Suparmi. Perempuan yang mengaku lupa nama kampung halamannya di Semarang itu, mengatakan sudah tidak punya siapa-siapa lagi jika ingin pulang. ”Saya lima tahun juga tidak pulang. Soalnya saya juga sudah lupa di mana kampung saya di Semarang. Di Kudus ini juga tidak pernah kemana-mana. Di rumah majikan saya saja,” imbuhnya. Hingga Minggu (9/10/2016), Mufiatun masih dirawat di RSUD dr Loekmono Hadi Kudus. Jika pada paginya ditunggui oleh Suparmi, namun informasi terakhir menyebutkan jika keluarganya dari Prawoto sudah datang menemani yang bersangkutan. Editor: Merie

Baca Juga

Komentar