Jumat, 29 Maret 2024

Polisi, Makhluk yang Selalu Dianggap Salah

Ali Muntoha
Minggu, 18 September 2016 08:27:58
Ali Muntoha [email protected]
[caption id="attachment_94809" align="alignleft" width="150"]Ali Muntoha muntohafadhil@gmail.com Ali Muntoha
[email protected][/caption] MUNGKIN  sudah nasibnya, polisi selalu menjadi subjek yang jadi titik tuding atas berbagai ketidaksenangan masyarakat. Mungkin juga seperti ungkapan yang sering muncul "laki-laki selalu salah di hadapan wanita", begitu juga mungkin yang dialami institusi kepolisian. Polisi selalu saja salah di hadapan masyarakat. Polisi jadi humanis dianggap tak tegas, polisi galak dianggap semena-mena, polisi rajin membantu dianggap pencitraan dan lainnya. Segala kebaikan, prestasi yang dicapai polisi akan langsung hilang, dengan satu poin yang entah itu benar atau tidak. Kita lihat saja kasus yang menimpa Kombes Pol Krishna Murti, mantan Diresrkrimum Polda Metro Jaya yang memopulerkan Turn Back Crime itu. Krishna kini dirundung tudingan penganiayaan kepada seorang model cantik. Krishna yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Polda Lampung itu, disebut-sebut telah menganiaya seorang wanita bernama Novena Widjaya. Meski sang wanita sudah mengeluarkan bantahan, namun berita tentang penganiayaan itu sudah kadung viral. Yang secara otomatis sedikit banyak telah mengubah persepsi masyarakat terhadap Krishna. Dan yang lebih parah, kasus ini menjadi pembenaran anggapan bahwa polisi itu ya begitu, kasar, menang-menangan, mata duitan, dan lain-lain. Masyarakat yang tak suka lantas menjadi alasan untuk nggebyah uyah menganggap semua polisi itu buruk. Padahal saat ini Polri tengah membangun ulang image menjadi institusi yang benar-benar profesional dan modern. Sejak Jenderal Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolri, ia langsung mengeluarkan gebrakan untuk mengubah institusi Polri, yakni melalui program Promoter (Profesional, Modern, dan Terpercaya). Tiga poin ini menjadi utama, untuk menyesuaikan kondisi perkembangan zaman, teknologi, dan kebutuhan di lapangan. Profesional : sumberdaya manusia (SDM) Polri tak boleh lagi bermental lawas, pelatihan dan peningkatan kapasitas harus terus digencarkan. Sehingga profesionalisme polisi tak hanya sekadar menjadi hal yang digembar-gemborkan. Modern, dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam berbagai macam pelayanan, dan yang terakhir dan terpenting yakni "Terpercaya". Untuk menjadi polisi yang terpercaya inilah sebenarnya yang paling penting untuk terus diperjuangkan institusi kepolisian. Sejak program Promoter ini digalakkan, semua jajaran kepolisian mulai dari mabes, polda hingga ke polres-polres dan polsek sangat giat melaksanakannya. Berbagai macam bentuk cara dilakukan polisi, untuk semakin dekat dan terpercaya di hati masyarakat. Coba lihat saja saat ini, hampir semua kepolisian di daerah sangat-sangat rajin "bergaul" dengan masyarakat. Mereka menjadi sangat humanis, sopan, senyum dan menyapa. Bahkan kalau bicara masalah kesopanan ini, para polwan-polwan cantik itu tak kalah sopan dan menawan dari pegawai bank. Di kawasan eks-Karesidenan Pati ini, salah satu Polres yang sangat gencar mendekatkan diri dengan masyarakat yakni Polres Rembang. Setiap pagi hampir di setiap sekolah yang berada di pinggir raya, polisi hadir untuk membantu menyeberangkan siswa, tak hanya polisi berpangkat rendah, perwira seperti kapolres juga ikut turun. Kapolres Rembang AKBP Sugiharto juga kerap datang blusukan ke desa-desa terpencil, melihat kondisi warga di sana, mendengarkan keluhan, dan memberikan bantuan. Dari aksi ini diketahui ada kondisi di Rembang yang cukup mengenaskan. Salah satu warga Dukuh Ngotoko, Desa Pasedan, Kecamatan Bulu, Rembang, terpaksa harus melahirkan di tengah jalan di atas truk dump. Hal ini terjadi lantaran jarak dukuh itu ke puskesmas sangat-sangat jauh, sementara akses jalan di dukuh itu sangat buruk. Karena tak tahan dengan goncangan yang kuat saat diantarkan menggunakan truk, sang ibu itu akhirnya melahirkan di tengah jalan. Untung saja si bayi dan ibunya selamat. Mungkin dari kenyataan inilah, sang kapolres kemudian memerintahkan seluruh jajarannya, terutama Bhabinkamtibmas untuk lebih peka dengan kondisi masyarakat di wilayah tugasnya. Polsek-polsek diminta untuk meminjamkan kendaraan operasionalnya untuk membantu warga di pedalaman yang membutuhkan angkutan mendesak. Dari sini pulalah akhirnya banyak ditemui, mobil-mobil patroli milik polisi di Kabupaten Rembang, yang sering digunakan untuk mengangkut warga di daerah pinggiran. Lihat saja di akun resmi Facebook Humas Polres Rembang. Di situ bisa dilihat foto-foto anggota polisi yang menggunakan mobil patroli untuk memberi tumpangan kepada warga. Mulai dari ibuk-ibuk, siswa yang terlalu sore pulang dari Pramuka, sehingga tak mendapat angkutan dan lainnya. Mobil-mobil polisi yang digunakan untuk patroli keliling pelosok-pelosok, kampung juga digunakan untuk membantu warga sekitar. Ada ibu-ibu yang sempat kaget dihentikan mobil patroli saat mendorong motor bersama anak gadisnya. Si ibu sempat khawatir dikira akan ditilang, ternyata polisi turun dan membantu mengangkut motor sang ibu yang bannya lagi bocor sampai ke tempat tambal ban. Dan sejumlah aktivitas polisi lain, yang sangat humanis. Belum lagi polwan-polwan cantik yang masuk ke pasar-pasar membantu ibu-ibu tua yang sempoyongan membawa barang belanjaanya. Dari sini bisa kita lihat bahwa polisi saat ini tak hanya sekadar mengayomi, tapi bisa menjadi teman yang membantu saat kita kesusahan. Sang kapolres juga tak hanya tinggal diam dengan menyuruh begitu saja anak buahnya bekerja keras. Ada 20 polisi yang diberikan penghargaan langsung dari kapolres, karena rajin memberi tumpangan kepada warga, dan ada satu anggota polisi yang diberi penghargaan karena selalu tepat waktu dan cepat saat melaksanakan tugas ambang gangguan. Namun kerja keras polisi untuk menjadi terpercaya masih berat. Kepolisian harus bisa membuktikan diri, bahwa mereka benar-benar profesional, tak hanya sekadar humanis dan dekat dengan masyarakat. Program Promoter yang digagas Jenderal Tito Karnavian merupakan program yang bagus. Dan Polri harus bekerja sangat ekstra untuk menjadikan institusi ini benar-benar profesional modern, dan terpercaya. Polisi akan makin dipercaya jika ketegasan yang diterapkan sesuai dengan standar baku yang telah ditetapkan. Polisi tak lagi boleh mengenal istilah lapannanam untuk menghentikan kasus. Polisi juga tak boleh lagi mencari-cari alasan untuk menjadikan sesoerang sebagai pelaku sebuah kejahatan. Dan polisi lalu lintas juga tak boleh lagi mencari-cari alasan untuk mencari uang saku kepada pengendara. Poin terakhir ini cukup penting, karena selama ini polantas yang paling sering menjadi sorotan. Aksi polantas yang main razia ilegal harus sudah tidak ada lagi. Apalagi polantas yang mau menerima uang damai, harus segera hilang. Ini memang dianggap sepele, tapi dari hal sepele inilah yang akan menentukan polisi bisa dipercaya atau tidak. Diakui atau tidak, polisi lalu lintas inilah yang menjadi wajahnya Polri. (*)

Baca Juga

Komentar