Selasa, 19 Maret 2024

Petani Tebu Dikhawatirkan Merugi akibat Impor Gula

Murianews
Senin, 12 September 2016 07:45:07
Petani tengah memanen tebu untuk diolah menjadi gula. (MuriaNewsCom)
Murianews, Kudus – Puncak musim giling di berbagai pabrik gula yang ada, dikhawatirkan justru akan membuat petani malah rugi. Pasalnya impor sugar yang dilakukan pemerintah, justru dilakukan saat puncak giling seperti sekarang. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN-APTRI) M Nur Khabsyin mengatakan, impor gula saat panen seperti saat ini, sangat merugikan petani. ”Karena mempengaruhi stok dan harga gula menjadi turun,” jelasnya. Khabsyin mengatakan, saat ini lelang gula tani turun pada angka Rp 11 ribu per kilogram. Padahal, bulan lalu masih pada kisaran Rp 12 ribu per kilogram. ”Itu baru imbas dari impor white sugar sebesar 100 ribu ton. Belum ketambahan impor 267 ribu ton ini. Saya khawatir harga lelang gula tani akan terus merosot, karena stok juga bertambah. Apalagi saat ini puncak musim giling,” terangnya. Harga lelang yang muncul saat ini, di mana hanya mencapai angka Rp 11 ribu saja, sudah mendekati biaya pokok produksi (BPP) yang mencapai Rp 10.600 per kilogramnya. Dengan demikian, menurut Khabsyin, panen tahun ini tidak menguntungkan bagi petani. Karena di sisi lain, rendemen juga rendah. Rata-rata hanya 6,5%. ”Hal ini tentu akan berdampak pada semangat petani dalam menanam tebu pada tahun berikutnya. Sehingga akan berdampak pada produksi gula tahun depan,” katanya. Khabsyin mengatakan, petani baru bisa untung, jika harga gula di atas BPP. Termasuk rendemen yang mencapai 8,5%, serta produksi tebu harus minimal 85 ton per hektarenya. ”Jika situasinya yang terjadi seperti sekarang ini, memang dikhawatirkan petani akan merugi. Tidak dapat apa-apa. Ini yang kami sesalkan,” jelasnya kemudian. Editor: Merie

Baca Juga

Komentar