Jumat, 29 Maret 2024

Waduh, PGOT di Jepara Tak Terurus

Murianews
Senin, 29 Agustus 2016 18:39:27
Murianews, Jepara – Persoalan Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) di Jepara menjadi menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Jepara. Karena selama ini belum ada penanganan yang tuntas mengenai persoalan tersebut. Banyak PGOT yang tidak terurus akibat tidak memiliki balai rehabilitasi, tenaga yang minim dan berbagai kendala lainnya. Kepala Dinsosnakertrans Jepara, M Zahid melalui Kabid Sosial Joko Setyowanto mengakui hal itu. Selama ini para PGOT di Jepara memang belum mendapatkan pembinaan yang matang, misalnya pelatihan kerja. Dia beralasan, pelatihan kerja yang disediakan oleh Dinsosnakertrans itu ditujukan pada pencari kerja. Sehingga selama ini tidak ada PGOT yang diberi pelatihan kerja. “Kami juga belum memiliki balai rehabilitasi bagi PGOT. Selama ini dilimpahkan ke balai rehebilitasi milik Pemprov Jateng. Itu pun daya tampungnya hanya sedikit, tidak lebih dari 50 orang,” ujar Joko kepada MuriaNewsCom, Senin (29/8/2016). Menurutnya, tidak adanya balai rehabilitasi menjadi kendala yang besar untuk mengatasi masalah PGOT di Jepara. Sebab, ketika sudah dilakukan razia atau penjaringan dan telah dirawat di rumah sakit, ketika itu selesai, mereka kembali turun ke jalan. Menurut data penjaringan yang dia temukan pada Januari hingga Agustus ini ada sebanyak 30 PGOT. Sedangkan untuk anak punk yang berkeliaran belum pernah dilakukan penjaringan. Joko menambahkan bahwa pengemis yang berkeliaran di Jepara itu kebanyakan datang dari luar Jepara. Meski telah dilakukan penjaringan dan penandatanganan surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatan serupa, nyatanya begitu dilepas banyak yang kembali turun jalan. “Sementara di sisi lain kami memang terkendala tempat. Sehingga banyak yang setelah dilepas mereka kembali turun ke jalan. Karena kebanyakan mereka pendatang dari luar,” jelasnya. Selain dari luar daerah, pengemis yang berkeliaran juga ada yang dari Jepara sendiri. Seperti pengemis dari Kedungmalang, hingga Mayong. “Pengemis ini setelah dilakukan penangkapan memang kerap diberi arahan dan peringatan. Namun, tidak sepenuhnya dindahkan. Itu dibuktikan masih adanya pengemis yang berkeliaran. Misalnya, di kawasan masjid Agung Jepara seusai salat Jumat,” tandasnya. Sedangkan khusus gelandangan yang mengalami keterbelakangan mental dan gangguan jiwa jumlahnya saat sudah mencapai hingga 50 lebih. Sebagian tidak bisa tertangani lantaran balai rehabilitsi sudah terlalu penuh. “Kendala terbesar kami untuk menangani gelandangan yang keterbelakangan mental dan gangguan jiwa. Mengingat setiap bulannya setidaknya terdapat gelandangan gangguan jiwa sebanyak lima orang yang bermunculan di jalan,” imbuhnya. Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

TAG

Komentar